Sabtu, 28 Januari 2012

Cerita obaachan di Mutsumi-en, panti jompo Jepang (cerita mudik)

Satu kegiatan yang paling saya nanti-nanti ketika mudik ke kampung halaman Yacchin adalah menengok Yukino obaachan, neneknya si suami Jepang ini yang sudah berusia 91 tahun dan sekarang tinggal di panti jompo.
Mungkin karena kerinduan kepada kedua almarhumah eyang putri, bertemu dengan satu-satunya nenek yang saya miliki sekarang menjadi cerita yang indah buat saya.
Obaachan yang sudah pikun tidak pernah ingat siapa saya, istri dari cucu pertamanya yang hanya bisa menjenguk dia 1,5 tahun sekali. Setiap kali saya muncul untuk menjenguknya, pasti sapaan yang terucap dari obaachan adalah : "anata dare ?" yang artinya adalah "kamu siapa ?"
Dan obaachan yang pendengarannya sudah sangat berkurang pasti salah menangkap nama saya....
Kali ini obaachan menangkap dan mengingat saya sebagai MIKA chan....

Mutsumien, itulah nama panti jompo atau dalam bahasa Jepang disebut ro-jin ho-mu yang ditinggali oleh obaachan selama ± 3 tahun ini. Letak mutsumien sendiri cukup dekat dari rumah mertua saya, sekitar 5 menit dengan mobil. Sebelum tinggal di Mutsumien obaachan tetap tinggal bersama kedua mertua saya, saat itu obaachan sudah sedikit pikun, tapi masih bisa melakukan beberapa aktivitas sendiri seperti pergi ke toilet, makan, berjalan walaupun sangat perlahan, waktu itu selama beberapa kali seminggu obaachan dijemput oleh panti jompo untuk beraktivitas dan bersoliasi dengan manula lainnya.
sampai suatu saat kondisi kesehatan obaachan terus berkurang hingga harus dirawat beberapa kali di rumah sakit, akhirnya otoosan alias ayah mertua saya memutuskan untuk memasukkan obaachan ke panti jompo agar lebih terkontrol. Di Mutsumien nutrisi makanan dan konsumsi obat obaachan akan lebih termonitor. Begitu juga pemenuhan kebutuhan dasar seperti ofuuro (mandi), omutsu koukan (ganti popok) dan lain-lain karena dilakukan oleh orang yang profesional tentunykan lebih nyaman buat obaachan.
Di panti jompo juga dilakukan banyak terapi seperti terapi motorik, terapi wicara, dan lain-lain.
Otousan yang adalah anak tunggal awalnya ragu memasukkan obaachan ke panti jompo, tetapi mengingat otousan dan okaasan yaitu ibu mertua saya, sama-sama masih bekerja tidak ada yang bisa intens mengurus obaachan (mengingat di Jepang tidak ada jasa perawat yang bisa disewa untuk kebutuhan pribadi, kalau adapun pasti bayaranya super mahal ya >)

Panti jompo seperti Mutsumien ini jumlahnya sangat banyak di Jepang, di Kumano sendiri yang merupakan kota kecil terdapat 3 panti jompo. Ke depannya jumlah panti jompo ini akan bertambah, mengingat Jepang jumlah manula di Jepang akan  bertambah sementara jumlah anak akan berkurang. Jumlah manula yang (harus, mau tidak mau) tinggal di Jepang pun akan semakin meningkat. Sementara jumlah usia produktif warga  Jepang yang mau (dapat) bekerja sebagai kaigo fukushishi (perawat  untuk lansia) kedepannya tidak akan mencukupi kebutuhan ini, sehingga Jepang beberapa tahun ini mulai merekrut tenaga perawat dari luar Jepang, seperti Indonesia.
Calon tenaga perawat untuk lansia dari luar Jepang harus mengikuti program magang selama 3 tahun di sebuah panti jompo di Jepang, setelah itu  harus mengikuti ujian negara untuk mendapatkan sertifikat resmi sebagai perawat untuk lansia. Yang sekarang menjadi 'masalah' adalah ujian yang harus diikuti oleh para calon perawat ini adalah ujian yang sama untuk calon dari Jepang, yang berarti ujian ini harus diikuti dalam bahasa Jepang (huruf kanji) yang tentu saja sangatlah susah untuk orang asing.

Kembali ke cerita Mutsumi-en, saya sangat terkesan dengan staf dan para perawat di sana. Mereka sangat ramah dan telaten mengurus para lansia. Benar-benar penuh kesabaran, ketelatenan dan passion.
Dengan keprofesionalan para perawat dan staf di panti jompo ini, tentu saja kita sebagai keluarga merasa tenang bisa menitipkan anggota keluarga kita di sana karena pasti akan dirawat dengan sangat baik.
Tetapi tentu saja, menurut saya, obaachan dan ojiichan yang tinggal di panti jompo, walaupun katankalah mereka sudah pikun sudah tidak begitu mengenali lagi anggota keluarganya pasti butuh untuk diperhatikan secara personal oleh anggota keluarganya yang terdekat.
Dan sewajarnya dan sudah menjadi kewajiban anggota keluarga yang lain untuk terus memperhatikan dan 'menganggap ada' keberadaan mereka. Bukan hanya menyerahkan dan melepaskannya begitu saja ke panti jompo tsb. Untuk kondisi di Mutsumi-en yang saya perhatikan, setiap kedatangan kami ke sana, cukup banyak keluarga lain yang juga sedang berkunjung. Tetapi, menurut cerita yang saya dengar, ada juga lansia yang hampir tidak penah dijenguk oleh keluarganya, bahkan pada saat-saat hari penting seperti tahun baru.

Otousan dan okaasan sendiri minimal seminggu 2 kali pergi menjenguk obaachan. Hiromi, adik perempuan Yacchin satu-satunya yang juga tinggal di Kumano juga kerap mengajak anak-anaknya, Miu can dan Sora-kun untuk mengunjungi buyut mereka. Otousan dan Okaasan juga rajin mengganti foto-foto yang terpajang di belakang tempat tidur obaachan. Aneka foto boleh diganti, tetapi foto yang tetap selalu terpajang di sana adalah foto ketika saya, Yacchin beserta bapak+mamah pergi berkunjung ke sana 2 tahun yang lalu.
Obaachan menempati kamar ini dengan tiga orang penghuni lain. Menurut saya, perhatian keluarga bisa terlihat dari kondisi di sekitar tempat tidur pasien tersebut. Keluarga yang perhatian atau sering berkunjung umumnya sering membawa 'buah tangan' untuk dipajang, seperti keluarga Yacchin yang membawakan bunga, hasil karya Miu-chan, 'mainan' untuk obaachan, dan lain-lain. Tapi, ada satu penghuni di kamar tersebut yang 'polos' tidak ada pajangan atau apapun, hanya ada tempat tidur+meja kecil saja. Setiap memasuki kamar ini, saya sering membayangkan betapa terasa sepinya hidup nenek itu yang tidak terperhatikan oleh keluarganya.

Obaachan, walau tidak selalu langsung ingat siapa itu Yacchin (harus diberi tahu berulang kali), matanya selalu berbinar-binar ketika berbicara dengan cucu pertamanya itu.
Nasehatnya setiap kali kita berpisah adalah : "hayaku kodomo no kao wo misena" yang intinya menyuruh  kami untuk segera punya anak.
Di kunjungan terakhir kami kali ini, yang membuat saya sedih dan berkaca-kaca adalah, ketika kami pamit pulang obaachan dengan sedikit menangis bilang "itsumo kitekurete arigatoune, jikkai kuru tokini obaachan mou oran kamoshiren....." (Makasih ya sudah selalu jengukin obaachan, nanti kalau kalian pulang lagi, obaachan nggak tau masih ada atau nggak....)...
Sedih banget rasanya obaachan ngomong begitu, mudah-mudahan masih diberi kesempatan lagi untuk bisa jenguk obaachan, menggenggam tangan keriputnya, berbincang-bincang walau tidak nyambung plus harus setengah teriak-teriak... Obaachan, genki dene!!



1 komentar:

  1. Salam Sejahterah Bagi Kita Semua...
    Mohon Maaf Bilah Kedatangan Aku Mengganggu Namun Apa Yang Aku Tulis Ini Kisah Nyata Aku Dan Semoga Ada Nya Pesan Singkat Ini Bisa Bermanfaat Kepada Anda Semua.. Aku Sangat Berterima Kasih Banyak Kepada Teman" TKW Dan TKI Berkat PostinganNya Saya Bisa Kenal Dengan Abah Cahyono, Ternyata Beliau Guru Spiritual Yang Sering Membantu Orang Melalui Nomer Togel 4D/5D/6D, Dana Gaib, Pelaris, Pelet, DLL.. Alhamdulillah Aku Sudah Pulang Kampung Membuka Usaha Kecil"Lan Berkat Bantuan Abah Cahyono Melalui Bantuan Dana GaibNya Sebesar 1 Milyard Hidup Aku Sudah Jauh Lebih Baik Dari Sebelumnya.. Anda Perlu Berhati Hati Sekarang Sudah Banyak Modus Penipuan Yang Mengatas Namakan Anggota Dari Abah Cahyono, Siapa Tahu Ada Teman Butuh Bantuan Beliau Silahkan Hubungi Di Nomer PribadiNya +6285213737273 Siapa Tahu Beliau Masih Bisa Membantu Anda..




    BalasHapus