Jumat, 13 April 2012

2 hari bersama prof. Tanaka

Sesuatu yang saya cintai dari pekerjaan penerjemah adalah bisa ikut belajar gratis tentang ini itu.
Seperti 2 minggu yang lalu saya berkesempatan  menemani prof. Hideharu Tanaka dari Kokushikan University.
Profesor Tanaka ini adalah ahli trauma, resuscitation dan prehospital emergency system.. Apalah saya juga bingung jelasinnya. Tapi dalam perkenalan begitulah beliau menjelaskan keahliannya.

Kali ini saya berkesempatan menemani beliau dalam 2 hari seminar yang diadakan di Jakarta dan Surabaya mengenai penanganan henti jantung mendadak oleh orang awam di Jepang.
Salah satu faktor tingginya angka kematian serangan henti jantung mendadak adalah dikarenakan tidak adanya fasilitas di tempat kejadian,baik berupa peralatan yang dibutuhkan ataupun orang yang dapat memberikan pertolongan itu.

Dalam kesempatan ini Profesor Tanaka memberikan presentas tentang pengalamannya di Jepang dalam hal CPR (pertolongan pertama yang dilakukan untuk orang yang mengalami henti jantung mendadak) dan penggunaan AED (automatic external defibrilator/alat kejut jantung .
 Profesor Tanaka menjelaskan kalau di Jepang kesadaran untuk segera menolong orang yang terkena serangan sudah sangat tinggi. Dari diskusi para peserta, saya jadi tau bahwa termasuk saya kesadaran orang Indonesia untuk hal ini justru masih terbilang rendah.Saya sendiri merasa tidak tau apa yang harus saya lakukan ketika misalnya di dekat saya ada orang yang terkena serangan jantung. Harus bagaimana ? Harus menelpon ke mana ?
Di Jepang, seperti juga latihan tanggap bencana seperti gempa, training untuk ini sudah dilakukan sejak mereka kecil.
Profesor Tanaka memiliki program untuk latihan mengenai CPR dan AED ini dari mereka TK. Jadi, menurut beliau paling tidak sampai usia 18 tahun, ketika seorang siswa tamat SMA mereka sudah mengikuti 4 kali latihan, ketika TK, SD, SMP dan SMA. Tujuan dari latihan-latihan ini bertitik berat pada 'Meningkatkan Kesadaran orang awam'. Umumnya anak sekolah ketika diberikan satu latihan akan bercerita kepada orang tuanya, di sini kesadaran orang tua pun bisa ikut meningkat.
Profesor Tanaka menceritakan tentang beberapa kasus serangan jantung si pasien bisa terselematkan karena 1st respondernya adalah para siswa SD. Mereka tau harus bagaimana dan mereka harus menghubungi siapa. Sehingga pertolongan dapat segera dilaksanakan.
Di samping itu, di Jepang di berbagai sudah memiliki alat AED, sehingga sebenarnya tanpa harus menunggu ambulance (yang akan datang dalam waktu 10 menit sesudah ditelpon) pertolongan dengan AED ini sudah dapat dilakukan.
Di sekolah, tempat perbelanjaan, stasiun kereta/subway, tempat-tempat olahraga, gedung perkantoran, convinient store, dan di tempat keramaian lainnya pasti terpasang alat AED ini. Pemerintah Jepang memang menyarankan pemasangan alat AED ini, tapi tidak ada hukum yang memayunginya.Mereka melakukannya karena kesadaran akan pentingnya pemasangan alat AED tersebut. Begitu juga semakin banyak orang Jepang yang sadar untuk mengikuti pelatihan  CPR/AED ini. Sementara kesimpulan dari para peserta, di Indonesia karena kesadaran orang Indonesia masih rendah, kalau tidak ada hukum yang memayunginya, tempat yang tergerak untuk memasang alat AED dan orang-orang yang tergerak untuk ikut training CPR/AED ini masih sangat sedikit.

Kesimpulan saya : Semua itu diawali dengan kesadaran. Semua harus didasari dengan niat untuk membantu orang. Mungkin masih banyak orang yang ingin membantu ketika orang terkena serangan jantung/kecelakaan, tetapi ragu atau takut tidak bisa melakukannya dengan benar, takut nanti hasilnya justru memperparah keadaan. Cambuk buat saya sendiri, semua itu harus kembali kepada niat membantu orang. Karena tidak ada yang pernah salah dari niat itu.

Intermezzo 
Yang saya nikmati selama di Surabaya
1. Makan rawon di hotel Elmi









Rawon ini rasanya Jawa Timur banget! meningatkan rasa rawon yang dimasak di Matraman, kediaman almarhumah eyang saya. Sulit deskripsiinnya! Tapi pasti pengen makan sampai tandas dan nagih banget!
2. Klaapertart
Beli untuk oleh-oleh. Kok beli klaapertart di Surabaya ? Saya juga awalnya bingung.. Tapi, klapeertart ini enak. Tidak berair/bertaburan buih kocokan putih telur, klaapertaart ini bentuknya 'kering' sepeti kue bolu, tapi rasanya sungguh tidak biasa... Nggak bikin enek, dengan rasa manis dan rasa kenyal kelapa yang pas.
Bisa dibeli  di : Caryabudi Klaapertart, Ngagel Jaya 52, no. telp (031-5023327) (Sebaiknya telpon dulu)
3. Otak otak bandeng ibu Muzana,Gresik
Akhir-akhir ini saya memang tergila-gila otak-otak Bandeng Jawa Timur yang ada perpaduan rasa pedasnya.
Berhubung memang saya mau berkunjung ke rumah sepupu di Gresik, jadi saya sempatkan untuk mampir di toko ibu Muzana ini. Alamatnya di Jl. Sindojoyo no. 68 Gresik (belakang pasar Gresik).
                                                     No. Telp 031-398-3978









Tidak ada komentar:

Posting Komentar