Minggu, 22 Juli 2012

Wajar... ?Tidak wajar... ? Bertanyalah pada tempatnya....

Salah satu 'tugas' yang dihadapi saya sebagai penerejemah adalah menerima pertanyaan klien-klien Jepang saya seputar kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia. Terlebih belakangan ini saya lebih banyak bergelut di bidang 'marketing research' sehingga saya sering berhadapan dengan klien-klien yang emang getol banget untuk tahu mengenai Indonesia tidak hanya dari kulitnya saja, tapi juga pengen tahu lebih dalam tentang value, mindset, behaviour orang Indonesia. Ibaratnya mau tau orang Indonesia sampai ke jeroan2nya deh!

 Saya sendiri sebagai orang Indonesia punya minat yang sangat besar tentang hal tsb, jadi saya selalu semangat untuk mengikuti aneka macam riset apapun itu bentuknya, home visit,FGD, IDI, dsb dsb... Karena saya selalu mendapat ilmu baru sehabis saya kerja, bukan saja ilmu penerjemahan atau ilmu bahasa Jepang ya.... Tapi, lebih dari itu dari setiap riset yang saya ikuti, saya selalu belajar tentang pandangan orang lain, tentang value hidup,dsb... Percaya atau tidak ini membuat saya lebih banyak bersyukur dam bertoleransi.... (inilah yang membuat saya suka dengan pekerjaan saya) Kembali ke soal pertanyaan-pertanyaan klien Jepang saya... Dalam pekerjaan riset ini, katanya demi mengetahui orang Indonesia lebih dalam, seringkali si Jepang-Jepang ini mengajukan pertanyaan yang ajaib.Hmmm, sebenarnya pertanyaan ajaib ini definisi saya sendiri sih, karena sesuatu yang saya anggap wajar tetapi menurut sudut pandang orang asing (baca Jepang) adalah bukan hal yang wajar, bukan kebiasaan mereka.. Contohnya : "kenapa orang Indonesia mandi 2 kali sehari ?" "apakah wudhu di rumah dengan wudhu di tempat kerja yang dilakukan sama?", "kenapa orang Indonesia nggak boleh mandi waktu panas?", "kenapa orang Indonesia suka minum teh manis (padahal kan gak semua orang ya?)", "kenapa orang Indonesia banyak yang sakit maag?", "kenapa orang Indonesia suka ngobrol?" dan aneka kenapa-kenapa lainnya... Aneka pertanyaan yang kadang pengen saya jawab dengan "meneketehe" atau "udah dari sononya kali" atau kadang pengen balik nanya "lah orang Jepang kenapa nggak begitu?"

Jumat lalu, terhimpit di antara 2 klien tersayang saya di dalam innova yang membawa kami dalam perjalanan dari Tanjung priok-Semanggi selama 3 jam, membuat kami berdiskusi seru akan hal ini... Sebagai penerjemah+sebagai orang Indonesia terus terang saya walau terkadang terheran-heran, pertanyaan-pertanyaan ajaib saya tertantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.. Walau seringkali jawaban yang ada adalah sama sekali jawaban yang logis, tapi terus terang kadang saya terganggu dengan pertanyaan yang sifatnya terlalu pribadi atau menyerang... Kemudian saya ingat, waktu tinggal di Jepang saya juga kerap menanyakan hal-hal yang menurut saya tidak wajar, tetapi sebenarnya adalah sesuatu hal yang wajar bagi orang Jepang.... Seperti : "kenapa orang Jepang cuma mandi sehari sekali, dan masuk ofuro?", "kenapa orang Jepang selesai makan senenngnya minum ocha?", "kenapa cewek2 SMA Jepang hobi banget pake rok super mini padahal lagi musim dingin?", "Kenapa cewek Jepang ngomomgnya suka disengau2in?", "kenapa cowok Jepang suka pada bentuk alisnya?" "kenapa orang Jepang rata2 nggak beragama?" "katanya orang Jepang nggak beragama, kalo ke kuil berdoa ama siapa dong?" dan sekian ratus pertanyaan kenapa lainnya..

Pertanyaan yang sebenarnya mungkin tidak ada jawabannya, pertanyaan yang mungkin tidak perlu dijawab bahkan mungkin pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu saya tanyakan. Kesimpulan kami bertiga, seringkali dengan alasan 'orang asing' kita merasa berhak bertanya akan hal apapun kepada orang yang tinggal di negara (daerah) lain, apa yang kita tanyakan itu terkadang adalah sesuatu hal yang di luar kebiasaan kita,terkadang kita merasa sesuatu yang di luar kebiasaan kita adalah sesuatu yang tidak wajar(kalau tidak mai dibilang aneh). Karena kita, sebagai manusia merasa hidup berpatokan dengan nilai dan pandangan yang kita anut, jadilah kita merasa WAJAR untuk menanyakan alasan terhadap sesuatu yang kita anggap TIDAK WAJAR tadi. Pelajaran yang bisa kami ambil bertiga dari obrolan di tengah macet adalah Padahal belum tentu semua hal memiliki alasan di baliknya.... Dan belum tentu semua pertanyaan memiliki jawaban.... Yang lebih penting lagi, belum tentu setiap yang kita anggap 'tidak wajar' itu pantas ditanyakan.... Jangan karena kita 'orang asing' kita merasa pantas untuk menanyakan apapun.... Bertanya itu di manapun tempatnya butuh kepekaan.... Setuju dengan kami bertiga ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar